Minggu, 01 Maret 2009

cinta pertama

Mendadak aku menginginkannya sebelum waktunya
Dengan cinta yang begitu tiba-tiba dan begitu manis
Wajahnya bersemi laksana sekuntum bunga
Dan mencuri hatiku sampai habis
Raut wajahku memucat seolah mati
Tungkaiku menolak untuk melangkah berangkat
Dan ketika dia menoleh, gundahkah hati?
Seluruh hidupku telah menjadi gumpalan tanah liat.

Lalu darahku menderu berpacu ke wajahku
Dan membuat pandang mataku menghilang
Pepohonan dan semak mengelilingi tempat itu
Serupa malam yang pekat di tengah siang
Aku tak mampu menatap apapun
Kata-kata meluncur keluar dari kedua bola mataku
Mereka berbicara seperti Kord pada Senar
Dan genangan darah membakar jantungku

Apakah bunga-bunga dipilih oleh musim dingin?
Apakah ranjang cinta selalu bersalju?
Dia seakan ingin mendengar suaraku yang hening
Bukan daya-daya cinta yang harus dia tahu
Aku tak pernah menyaksikan wajah semanis miliknya
Juga tidak sebelumnya aku terpaku berdiri
Hatiku telah meninggalkan tempat pertapaannya
Dan tak mampu untuk kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar